Jumat, 05 Juni 2009

PARIWISATA BANGLI


PURA KEHEN
Pura Kehen merupakan salah satu Pura kuno di Bali dimana ter¬simpan tiga buah nekara perunggu. Pura ini disung¬sung oleh masya¬rakat disekitarnya. Upacara di Pura ini diadakan pada "Bulan Kliwon Shinta" dan Upa¬cara Ngusaba diadakan setiap tiga tahun sekali yang jatuh pada "Purnama Kelima" sekitar bulan November. Tempat ini dapat dicapai dengan kendaraan ataupun berjalan kaki dari Sasana Budaya Giri Kusuma. Kata Kehen berasal dari kata "keren" yang berarti panas, sehingga Pura Kehen juga disebut Pura Hyang api. Pura Kehen terletak di kaki bukit Bangli, 2 km dari Kota Bangli. Sebagai pura bersejarah, tempat ini sebaiknya dikunjungi dimana terdapat tangga yang cukup tinggi ke arah Selatan.

PARIWISATA BANGLI


DESA PENGLIPURAN
Desa ini dapat dicapai melalui jalan yang menghubungkan Bangli dengan Kintamani. Dari Kota Bangli ke Utara sampai ke Desa Kubu kira-kira 5 km lalu belok kiri Anda akan tiba di Penglipuran dan akan disambut dengan hangat oleh warga desa. Desa ini berudara sejuk karena terletak 700 m di atas permukaan laut. Dari sudut pandang sejarah dan menurut Para Sesepuh, kata "penglipuran " berasal dari kata " pengeling Pura " yang berarti tempat suci mengenang para leluhur. Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari Desa Bayung Gede Kecamatan Kintamani, sementara dari Desa Bayung Gede ke Penglipuran jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan Pura yang sama sebagaimana yang ada di Desa Bayung Gede. Dalam hal ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal asal usul mereka. Pendapat lain mengatakan bahwa "Penglipuran" berasal dari kata "penglipur°" yang berarti "penghibur" karena pada jaman kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan. Desa ini memiliki potensi budaya yang hingga saat ini masih dilestarikan dalam bentuk rumah tradisional yang membedakan desa ini dari desa-desa yang lainnya. Jumlah penduduknya 743 orang kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan hanya sebagian kecil sebagai pegawai negeri. Tari-tarian dan cendramata b-,rkembang dengan baik di desa terpencil ini.

Profil Kabupaten Bangli


Kabupaten Bangli terletak diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24" Bujur Timur dan 8' 8' sampai 8' 31' 87" Lintang Selatan. Posisinya berada ditengah-tengah Pulau Bali sehingga merupakan satu-satunya Kabupaten yang tidak memiliki pantai/laut.
Luas Kabupaten Bangli sebesar 520,81 Km atau 9,25% dari luas Propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antar 100 2152 meter sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik dibagian Selatan merupakan daerah dataran rendah dan bagian utara merupakan pegunungan.Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundannya Danau Batur yang memiliki luas 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi sekitar 40 km. Wilayahnya sendiri berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung di sebelah selatan, Kabupaten Badung di sebelah barat dan Kabupaten Karangasem di sebelah timur.
Kesuburan tanah, sumber air yang memadai dari Danau Batur, dan hawa sejuk di sekitar Gunung Batur turut mendukung usaha pertanian. Pertanian memang menjadi gantungan hidup sebagian besar penduduk Bangli. Produk pertanian yang paling di minati sebagian besar petani Bangli adalah sayuran dan buah-buahan. Bawang merah, bawang putih, juga menjadi sayuran yang banyak di tanam di Kecamatan Kintamani, kecamatan yang paling luas di Bangli. Tanaman buah-buahan juga menjadi komoditas andalan Bangli. Jeruk keprok misalnya. Komoditi ini banyak ditanam di wilayah bagian utara meliputi Kecamatan Susut, Kintamani, Tembuku, dan Bangli. Budidaya buah jeruk dilakukan secara monokultur dan tumpang sari dengan tanaman kopi arabika.Komoditi andalan lain adalah kopi arabika.

SEJARAH LAHIRNYA BANGLI


SEJARAH LAHIRNYA BANGLI

Menurut Prasasti Pura Kehen kini tersimpan di Pura kehen,diceritakan bahwa pada zaman silam didesa Bangli berkembang wabah penyakit yang disebut kegeringan yang menyebabkan banyak penduduk meninggal.Penduduk lainnya yang masih hidup dan sehat menjadi ketakutan setengah mati,sehinnga mereka berbondong-bondong meninggalkan desa guna menghindari wabah tersebut.Akibatnya desa Bangli menjadi kosong karena tidak ada seorangpun yang berani tinggal disana.

Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti Ketana yang bertahta kala itu dengan segala upaya berusaha mengatasi wabah tersebut.Setelah keadaan pulih kembali,sang raja yang kala itu bertahta pada tahun Caka 1126,tanggal 10 tahun Paro Terang,hari pasaran Maula,Kliwon,Chandra (senin),Wuku Klurut tepatnya tanggal 10 Mei 1204,memerintahkan kepada putra-putrinya yang bernama Dhana Dewi Ketu agar mengajak penduduk ke Desa Bangli guna bersama-sama membangun memperbaiki rumahnya masing-masing sekaligus menyelenggarakan upacara/yadnya pada bulan Kasa, Karo, katiga, Kapat, Kalima, Kalima, Kanem, Kapitu, kaulu, Kasanga, Kadasa, Yjahstha dan Sadha. Disamping itu beliau memerintahkan kepada seluruh pendududk agar agar menambah keturunan di wilayah Pura Loka Serana di Desa Bangli dan mengijinkan membabat hutan untuk membuat sawah dn saluran air. Untuk itu pada setiap upacara besar penduduk yang ada di Desa Bangli harys sembahyang.

Pada saat itu juga, tanggal 10 Mei 1204, Raja Idha Bhatara Guru Sri Adikunti Katana mengucapkan pemastu yaitu:

"Barang siapa yang tidak tunduk dan melanggar perintah, semoga orang itu disambar petir tanpa hujan atau mendadak jatuh dari titian tanpa sebab, mata buta tanpa catok, setelah mati arwahnya disiksa oleh Yamabala, dilempar dari langit turun jatuh ke dalam api neraka".

Bertitik tolak dari titah-titah Sang Raya yang dikeluarkan pada tanggal 10 Mei 1204, maka pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Bangli.